Jauh-jauh hari, persiapan pemerintah menyambut kedatangan Bush di Istana
Aparat keamanan yang berseliweran di sekitar kawasan Istana Bogor dan Kebun Raya Bogor telah menjadi pemandangan sehari-hari. Dua titik itulah yang bakal terkena dampak langsung kedatangan Bush. Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Ir H Juanda, Jalan Pajajaran, dan Jalan Harupat yang menurut rencana dilewati Bush, mendapat perhatian khusus.
Bahkan, pada hari H akan diterapkan pengalihan arus lalu lintas selama 12 jam, pukul 10.00-20.00 WIB. Yang menarik, sedikitnya empat sekolah yang berada di dekat dua tempat itu ikut kena imbas berupa peliburan. Dana sekitar enam miliar rupiah dihabiskan pemerintah demi menjamu Bush yang hanya enam jam berada di
Tidak hanya itu, demi keamanan, aparat telah “mengusir” para pedagang yang biasa berjualan di sekitar Istana Bogor. Belum lagi pembangunan helipad di Kebun Raya Bogor yang kontroversial karena dinilai merusak lingkungan di sekitar Istana Bogor. Untuk menyambut Bush, pemerintah membangun helipad di Kebun Raya Bogor dan satu landasan lagi di Stadion Pajajaran.
Pengamanan berlebihan yang berakibat diliburkannya beberapa sekolah yang berada di
Dengan kebijakan peliburan itu, proses belajar mengajar pasti akan mengalami gangguan. Ini jelas akan menimbulkan kerugian, baik material maupun moral. Peliburan sekolah juga berimplikasi pada adanya image bahwa pemerintah menganggap sekolah dan pendidikan tidak lebih penting dari kedatangan Bush. Di sini, terdapat paradoks antara pendidikan
Dikabarkan pula Bush akan dipertemukan dengan sejumlah tokoh pendidikan
Pertanyaannya, apakah dengan masuknya pelajar-pelajar yang sekolahnya diliburkan itu kemudian keamanan Bush menjadi terancam? Apakah Bush akan merasa benar-benar aman kalau pengamanan terhadapnya sampai harus meliburkan anak sekolah? Atau dengan kata lain, apakah peliburan itu menjadi jaminan keamanan Bush selama di
Serentetan pertanyaan itu layak dimunculkan karena begitu tidak relevannya, minimal menurut perspektif publik, antara keamanan Bush dan peliburan sekolah. Memang bicara keamanan, segala hal mungkin saja terjadi. Namun itu tidak cukup menjadi pembenaran untuk melakukan segala hal demi keamanan. Kalau mau menuruti situasi maksimal sampai tertutup sama sekali kemungkinan tidak aman, maka itu tidak akan ada selesainya.
Karena prediksi ketidakamanan tersebut selalu saja akan menuntut tindakan berikutnya. Barangkali, logika awam malah menyatakan kalau mau benar-benar aman, Bush tidak usah datang sekalian ke
Apalagi, kedatangan Bush yang kedua kalinya itu terjadi hanya beberapa hari setelah Partai Republik mengalami kekalahan dari Partai Demokrat dalam pemilu untuk memilih anggota
Sebagai pemimpin negara superpower, Bush akan merasa bangga karena masih diterima Indonesia yang merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, meski di dalam negeri sendiri popularitasnya sedang menurun drastis akibat standar ganda dan agresi AS ke Irak, serta pembelaannya terhadap Israel yang menyerang Lebanon.
Di samping itu, Bush tentu tidak akan melewatkan kedatangannya ke
Harus diakui, Bush selama ini pandai membungkus setiap langkah dan kebijakannya. Saat perang Irak lalu, Bush membungkus agresinya itu dengan perang melawan terorisme. Publik dunia akhirnya tahu bahwa Bush hanya ingin menjarah minyak Irak, meski dana yang dikeluarkan untuk perang Irak tidak sedikit, mendekati angka USD300 miliar (termasuk untuk menyerang Afganistan).
Bagi Bush dan
Tidak hanya di
Mengapa dana sekitar enam miliar untuk menyambut Bush tidak digunakan untuk menyediakan fasilitas pendidikan yang layak bagi pelajar atau peningkatan kesejahteraan guru? Sementara, untuk memenuhi amanat undangundang tentang keharusan anggaran 20% dari APBN/APBD untuk pendidikan, pemerintah belum mampu.
(*)IDY MUZAYYAD
Ketua Umum PP IPNU,
Alumnus Ilmu Komunikasi Pascasarjana UI
URL Source: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/opini/bush-dan-paradoks-pendidi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar